27
Agustus 2014, The Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu memberi closing keynote |
Feeding the brain perlu rutin
dilakukan. Caranya beragam. Dari mulai membaca, berdiskusi, juga mengikuti
seminar ataupun konferensi. Vivid yang seorang motivator pemuda dan education counselor ini rutin
melakukannya.
Salah
satu summit yang belum lama ini Vivid
ikuti adalah South-East Asia Summit 2014, yang diadakan The Economist, 27
Agustus lalu. Sebagai warga Asia Tenggara, kita perlu mengikuti perkembangan
bagaimana komunitas ASEAN akan berperan dalam industri di kawasan Asia.
Summit
ini menggali bagaimana bangsa Asia Tenggara dapat menjadi kawasan yang lebih
terintegrasi. Dipaparkan pandangan dari pemerintah tentang peluang yang
dimiliki Asia Tenggara untuk tumbuh. Juga dari sisi bisnis, what will South-East Asia look like in 2020.
Key speakers di acara ini
adalah Idris Jala, Ketua Eksekutif Pemandu (Performance Management and Delivery
Unit) Malaysia, Aliza Knox, Direktur Twitter di Asia Pasifik, Joy Xu, Wakil
Direktur PepsiCo Asia Pasifik, dan Scot Marciel, mantan Dubes AS untuk
Indonesia yang kini menjadi perwakilan Deplu AS untuk urusan East Asian and
Pacific. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu juga hadir
memberi closing keynote.
Vivid
sendiri menjadi motivator anak muda tak hanya di Indonesia, namun juga kawasan
Asia Tenggara. Januari lalu, Vivid menjadi pembicara di Global Youth Summit
2014 di Singapura, yang diikuti perwakilan pemuda dari sepuluh negara Asia
Tenggara, ditambah Australia, Cina dan Oman.
Mengutip
pesan Mari Elka Pangestu di acara ini, menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) yang akan dimulai akhir 2015, kita harus percaya diri dan tak takut
berkompetisi untuk menjadi warga yang eksis di komunitas Asia-Tenggara.
Bersama Ahmad Fuadi, Enda Nasution dan Nia Sarinastiti |
Note:
Thanks for Prof. Ian from Melbourne Business School :)
- 2:39 AM
- 0 Comments