Personal Branding Workshop Guru BK di i3L
5:05 AM
Apa ingredients utama seorang guru? Topik ini seru dibahas di "I am The Master : A Personal Branding Workshop" yang diselenggarakan i3L untuk guru bimbingan konseling, Selasa (25/4/2017). Dr. Vivid F. Argarini menjadi trainer dalam workshop yang diikuti guru-guru dari berbagai sekolah di Jabodetabek ini.
Indonesia International Institute for Life-Sciences (i3L) rutin menggelar pelatihan, dan kali ini mengajak guru BK untuk lebih memahami personal branding. Peserta antara lain dari Highfield School Jakarta, SMA Dwi Warna Jakarta, SMAN 68 Jakarta, SMAK Penabur Kota Wisata, SMA IIBS Lippo Cikarang, SMAK 5 Penabur Jakarta, SMA Citra Kasih Jakarta, Bent Tree School Jakarta, John Paul School Jakarta, SMA Al Azhar BSD, SMA Lazuardi Global Islamic School, SMA Al Azhar 4 Bekasi, Insan Cendekia Boarding School dan Windsor Homeschooling.
Vivid yang seorang Doktor Manajemen Pendidikan menekankan pentingnya seorang guru memiliki personal brand yang kuat, dan dapat memotivasi tiap muridnya untuk juga mengenali potensi apa yang dapat ditonjolkan. Di sesi awal ia mengajak peserta berdiskusi peran guru BK di sekolah masing-masing. Apakah terkesan menyeramkan karena akan memanggil murid yang bandel, atau sebagai tempat konseling untuk karir siswa. "Kalau dulu, murid dipanggil BK tuh deg-degan dan berpikir, 'aku salah apa ya?'" tutur Vivid memancing diskusi.
Ibu Anggraini dari SMA Lazuardi Global Islamic School Depok berbagi, bahwa di lembaga BK di sekolahnya menjadi bimbingan karir, wadah bagi mengonsultasikan saat bimbang menentukan bidang yang diminati. "Ada lagi Komisi Disiplin. Nah, saat murid dipanggil Komdis, itu baru berarti ada pelanggaran," tutur Ibu Anggraini.
"Dari kitanya sendiri dulu menguasai komunikasi intrapersonal, baru kita dapat mengenali murid. Juga kemampuan komunikasi. Dan di zaman sekarang, guru harus update dengan apa yang sedang dibahas siswa," tutur guru dari Sekolah Madania Bogor. Vivid menegaskan, "Paling tidak kita tahu apa yang sedang dibicarakan generasi yang kita hadapi. Terlebih generasi Y dan Z kini semakin anti mainstream."
Vivid juga menekankan, berkarya di sekolah berbeda dengan profesi di lembaga lain karena hasilnya yang intagible. "Memang terlihat saat ujian, misalnya nilai siswa bagus sehingga peringkat sekolah menjadi tinggi. Namun menurut saya bukan itu yang dicari. It's beyond numeric," tuturnya. Lebih dari itu, seorang guru bertugas menanamkan nilai, menjadikan siswa berakhlak baik dan berdaya juang tinggi.
Kata Peserta
Ibu Anggraini
Humas SMA Lazuardi Global Islamic School Depok
"Workshop ini sangat seru dan bermanfaat banget untuk saya sebagai Humas. Selama lebih dari dua jam membuat saya lebih refresh, nggak ngantuk sama sekali karena penyampaian Mbak Vivid seru dan menarik. Membuat saya lebih bersemangat, menginspirasi dan memotivasi saya utuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi tidak hanya inner beauty tapi juga outer look."
Ibu Aria Mardiah
Guru Agama SMA IIBS Lippo Cikarang
"Ibu Vivid Argarini luar biasa menginspirasi saya. Banyak hal yang saya dapat hari ini, di antaranya bahwa untuk mendidik anak kita harus punya ilmu yang banyak. Kita juga harus percaya diri, mengembangkan kemampuan dan pengetahuan. Pokoknya nggak rugi datang hari ini dan saya kangen untuk bertemu Mbak Vivid lagi di lain waktu insya Allah. Mudah-mudahan ada kesempatan lagi untuk bertukar pikiran dan inspirasi,"
0 comments